Jemari ku terhenti
pada butiran indah yg tengah ku rangkai. dalam sekejap terputus dan berceceran.
dalam keheningan malam yg semati tugu ini, ku layangkan pandangan ku pada
butir2 kebahagiaan yg tercecer tepat dibelakang ku. ku tutup mata ku rapat2
hingga kedua alis ku bertemu. otak ini mulai merangkak mengais2 adegan beberapa
wktu yg lalu. waktu dmn semua untaian bahagia terputus dan tercecer. dalam
sujud ku di atas sajadah malam ini, tak ku pinta apa2 dari Tuhan. bukannya
sombong atau konyol, hanya kadang saja aq berfikir "apa guna dari semua
ini?"susah payah ku buat pondasi yg kokoh dan mulai membingkai hidup krn
toh semua ini hrs kmbali luluh lantak.
Finally,
satu kepingan mozaik kehidupan yang baru telah ku temukan. Ternyata… untuk bisa
memulai satu kehidupan baru, entah itu mencoba bangkit, menenggelamkan diri,
maupun hanya ingin tetap diam… kitalah yang harus merancang hidup ini sendiri.
Membuat pondasi yang kokoh dan mulai membingkai hidup. Tak perlu adanya
hembusan angin, tak perlu adanya sapa hangat, dan tak perlu adanya uluran
tangan. Karena ini dunia ku. Aku yang merancang dan Sang Penciptalah yang akan
merealisasikan dalam kanvas kehidupan, mulai memoles dengan tiap kuas yang
memiliki “tugas” masing-masing.
Terbesit
di benakku bahwa kadang peran yang dipilih Tuhan untukku sangatlah sulit.
Dibutuhkan kesabaran dalam berlatih, keikhlasan tingkat tinggi, fokus, gigih,
dan tawakal. Inilah salah satu adegan dimana air mata akan jatuh terurai,
mengharu biru, dan mencabik-cabik. Malangnya cerita yang harus ku lakoni
setelah aku membaca scenario kehidupan. Entah apa alasan Tuhan memilihku untuk
memainkan peran ini. Satu keyakinanku, bahwa dalam menentukan/memilih seorang
aktor/aktris untuk bisa bermain total, seorang “sutradara” pasti
memiliki penilaian-penilaian khusus akan hal itu, karena sebelumnya Ia telah
mengamati dengan mata-Nya yang tak mungkin salah. Apalagi”sutradara” yang satu
ini benar-benar tidak diragukan lagi akan kemampuannya. Karena Dialah yang
membuat skenario. Dia tahu apa-apa yang ada di belakang dan apa-apa yang ada di
depan semua pemain. Dan aku… aku hanya perlu menjalankan lakonku hingga sampai
pada titik perfect, hingga butiran air mata yang terurai mampu membentuk
deretan warna nan indah layaknya pelangi. krn akan selalu ada senyum dalam tiap
air mata, selalu ada pelangi setelah hujan, selalu ada jawaban dalam tiap
masalah, selalu ada kekuatan dalam menghadapi segala sesuatu....
0 komentar:
Posting Komentar